Minggu, 08 Maret 2009

pengumuman

maaaaaaaaaaaaf ya! aku ucapkan pada semua yang baca blog ini. maaf karena kadang sering kurang huruf dalam penulisan cerita yang aku karang. ku ucapkan selamat menikmati!!!!

Sabtu, 28 Februari 2009

TERNYATA KEMBAR



17 Mei tahun 20xx


Sore ini aku berjalan pulang dengan amat tak berdaya, lesu. Otot-otot dan tulangku serasa mau runtuh. Bagaimana mungkin tubuhku tak runtuh setelah berlatih habis-habisan di klub kendo sekolah. Hari ini latihan makin berat karena beberapa hari lagi ada turnamen kendo. Sinar matahari senja yang berwarna merah agak orange menyertai langkahku. Tiba-tiba aku mendengar teriakan seseorang yang sangat kukenal. Terakan super datar itu mengagetkanku. Sebelum sempat berbalik, sebuah benda terbuat dari kayu meluncur cepat menusuk pinggangku. Benda itu mengenaiku bersamaan dengan bunyi suara itu.

“ETSU!!! Pedang kendomu ketinggalan!” begitulah bunyi suara itu. Itu adalah teriakanYamato. Dialah orang yang melempar benda tadi.

“Adu….du…duh!Yamato… lain kali jangan dilempar kayak gitu dong!” kataku jengkel. Yamato membantuku berdiri dan meluruskan pinggang. Sekarang tubuhku tidak hanya akan runtuh tetapi juga sudah mau hancur. Ahh gak ada bedanya!

“Kenapa nggak kamu taruh lockerku aja sih!” seruku.

“Tidak mungkin idiot. Lockermu sudah dikunci. Kuncinya juga di kamu. Penjaga locker sudah pulang.” Jawab Yamato dengan nada datar. Ahhh aku kalah telak lagi! Kami memang bersahabat. Bahkan kami seperti memiliki ikatan batin yang kuat. Tapi teman-teman sering bingung dengan status hubungan kami, antara musuh dan sahabat. Tapi terus terang kami sering bertengkar. Aku berpendapat A berdasarkan insting, sedangkan Yamato berpendapat B berdasarkan logika. Sangat bertolak belakang,kan!


Aku bertemu Yamato 3 tahun yang lalu. Saat itu merupakan pagi yang indah. Aku masih kelas 1 SMP semester 2 saat pagi yang cerah dan sejuk itu. Berjalan sambil memeriksa seluruh isi tas. ( maklum, aku pelupa sih.). Tiba-tiba seekor kucing putih yang lucu melompat dari pagar di sebelahku. Aku sontak kaget. Tak beberapa lama kemudian terdengar teriakan yang datar.

“ETSU…. KEMBALI!!!”demikian bunyi teriakan itu. Kemudian…

‘BRUK’ aku tertindih seorang cowok seusiaku. Ia sepertinya melompati pagar yang sama dengan kucing tadi. Tanpa rasa bersalah ia bangkit dan menggendong kucingnya yang kebetulan tak bisa bergerak karena ekornya tertindih tubuhku.

“ Etsu… kau mau kemana?” tanya cowok itu sambil mengendong kucingnya yang terus meronta. Sepertinya ia baru pindah kemari. Tersadar akan semua itu aku segera bangkit.

“ Hey, mita maaf dulu gih karena sudah nindihin orang sembarangan!” kataku jengkel. Cowok itu berhenti memperhatikan kucingnya dan beralih memandangku. Ekspresinya datar sekali.

“ hah? Tadi aku jatuh di atasmu,ya? Kalau begitu …. Maaf ya!” serunya.

“ Ya. Tidak apa-apa kok! Tapi jangan lupa minta maaf kepada orang lain jika melakukan hal sejenis ini!” jawabku dengan agak menahan emosi.

“ Etsu, ayo kita pulang!’ katanya.

“ Etsu kan namaku?!” aku menimpali dengan agak heran. Dia tak peduli. Terdengar suara gedebrak-gedebruk dari dalam rumah.

“Yamato ayo siap-sap!” terdengar suara teriakan laki-laki dari dalam rumah. Sambil menggendong kucing jantannya yang terus meronta, ia melompati pagar yang sama. Aku masih tercengang. Etsu kan namaku!?

“Ahhh lupakan! Mending aku sekarang pergi ke sekolah!” seruku pada diriku sendiri.

Sesampainya di sekolah, teman-teman sekelas sibuk membicarakan murid pindahan. Kabarnya murid baru itu jenius, cool, dan bla bla bla yang kuanggap gak penting. Pelajaran pun dimulai. Seluruh murid memberi salam pada Pak Kazuma, wali kelasku. Beliau memanggil seseorang dan menyuruhnya masuk. Seorang cowok masuk dan berdiri menghadap kami semua. Rambutnya putih, sikapnya tenang, ekspresinya datar, tatapannya tenang, tinggi sama denganku, dan aku mengenalnya. Dia…. Anak yang tadi pagi!

“ Rambutnya kok putih? Dicat kali,ya!” teman sekelas mulai berkomentar. Aku hanya tercengang dan menatapnya tanpa berkedip.

“ Nah! Tempat dudukmu di sana!" kata Pak Kazuma seraya menunjuk bangku kosong di sebelahku.” Rambutnya putih karena kelainan. Nah, berteman dengan baik.” Semua menggangguk kecuali aku. Aku malah tersedak.

“ Hello…Etsu!’ ia menyapaku tapi tidak seperti menyapa.

Sejak saat itu kami bersahabat tapi juga bersaing. Ia selalu mengejekku jika kalah dengan sebutan ‘ kucing manis!’. Kadang kami seri. Teman-teman kami selalu tercengang dan menebak siapa yang menang saat kami bersaing. Karena selalu bersama, aku paham betul seperti apa Yamato dan sebaliknya. Satu rahasia yang hanya aku yang tahu di antara teman-teman yang lain adalah bahwasanya Yamato mempunyai penyakit yang lumayan parah.

Bukti ikatan kami terlihat saat peristiwa penculikanku. Bulan Mei saat aku kelas 2 SMP. Waktu itu aku hendak pulang sendirian. Ada sekelompok orang menghadangku. Aku bingung tapi berusaha bersikap biasa-biasa saja. Aku merasa ada hawa aneh di sekelilingku. Salah satu dari mereka bergerak dengan sangat cepat. Mataku dapat melihat gerakannya. Tapi aku tak sempat menghindar. Orang itu menotokku. Dari situ aku tak tahu apa-apa. Tahu-tahu saat aku mulai sadar, aku sudah diikat tergantung pada kedua tangan. Pergelangan tanganku sakit dan memerah. Pergelangan tanganku yang kanan sudah mulai meneteskan darah. Ikatannya keras sekali. Aku tak tahu saat itu aku dimana. Menurutku ini sebuah ruangan untuk latihan ballet. Karena di depanku ada kaca besar sekali.

“ Sudah sadar rupanya!” terdengar seseorang berkata. Aku menoleh berkeliling. Ku lihat ada seorang laki-laki berumur 27 tahun. Badannya jankung , tatapan matanya mengerikan, wajahnya cekung agak pucat, dan tingginya sekitar 170 lebih. Dia tersenyum dengan senyuman yang menurutku sangat aneh saat aku menunduk menatapnya.

“Aha… pemilik kekuatan spiritual dari kalangan elit. Sudah bertahun-tahun aku mencarimu!” kata orang itu, membua aku k mengaerti. Aku terlalu lemas untuk protes. Aku tergantung tak berdaya. Dia mendekatiku dan menatapku lekat-lekat. Ia lalu berputar seperti mencari sesuatu di tubuhku. Aku menggerakkan tanganku mencoa melonggarkan ikatan. Ia terlihat sangat senang di cermin. Dengan sangat bergairah ia meraba tengkukku sambil menyibakkan rambutku. Terasa tekanan kuat pada tengkukku. Rasanya sakit. Aku samar-samar melihat benang hitam yang ia tarik dengan perlahan. Wajahnya terlihat senang. Aku bertanya-tanya, apa yang sebenarnya ia tarik? Semakin lama semakin sakit. Sakitnya menjalar menuju seluruh sendi-sendiku tubuhku. Kaki kesemutan. Tanganku sepertinya mati rasa. Aku tak tahan lagi!

“ Setelah mendapatkan kekuatanmu, aku akan mendapatkan kekuatan temanmu itu!” katanya sambil terkekeh.”Kamu kayak nenek sihir,” kataku dalam hati. Aku tercengang begitu sadar akan kata-katanya. Temanku? Ah, Yamato!

“ Jangan menyentuhnya!” kataku padanya. Aku merasa ada aliran tenaga yang keluar dari tubuhku.

“ Ho…. Mecoba melawan dengan tubuh hampir mati rasa seperti itu?!” serunya.

Wush … panah putih melesat kearah orang itu. seketika ia mencampakkan benang hitam yang ia tarik dari tubuhku. Wajahnya di cermin tampak tercengang.

“ Menculik… apalagi mau mengambil kekuatan dari keluarga Saionji. Hukumannya sangat berat bagimu!” seru seseorang. Aku langsung kenal suara itu. Yamato! Aku memejamkan mata. Tiba-tiba aku terjatuh memeluk lantai. Talinya terpotong? Pergelangan tangan kananku masih mengeluarkan butiran-butiran darah.

“ Kau? Dasar pengganggu!” kata orang itu. Aku memandang Yamato. Yamato juga memandangku. Aku menangkap rasa cemas dari matanya. Tapi aku heran melihat penampilan Yamato. Ia memakai yukata. Mirip kenshin?!. Ditangannya terdapat busur panah. Aku melihat anak panah terbentuk dari sesuatu berwarna putih yang entah dari mana. Sangat panah itu dilepaskan, aku kemudian tidak sadarkan diri.

Saat aku tebangun, pergelangan tangan kananku sudah diperban. Aku berada di sebuah kamar yang besar. Aku menoleh ke sebelahku. Di sana terdapat Yamato yang tidur memeluk boneka panda. Melihat boneka itu kepalaku lansung sakit. Bayang-bayang saling bermunculan di kepalaku. Boneka panda, aku, Yamato, seorang perempuan yang tersenyum padaku, seorang laki-laki yang menggandengku, dan masih banyak lagi. Kepalaku semakin sakit. Tiba-tiba Yamato terbangun. Ia melihat mukaku memucat.

“ Kau tidak apa-apa?” tanya Yamato padaku. Aku hanya diam. Tiba-tiba pintu terbuka. Seorang wanita yang kukenal masuk. Ibu? Ia duduk di kursi disebelah ranjang didekatku.

“Ibu?” kataku dengan sedikit bergetar. Ia meraih tanganku, menggenggamnya, dan menaruhnya di dahi lalu ia menunduk.

“Tuan Etsu… saya bukan ibu anda. Maafkan saya. Anda dititipkan pada saya untuk menjaga rahasia keberadaan anda dari orang yang kemarin. Orang itu sudah mengincar anda sejak anda masih kecil. Kekuatan anda sering tak stabil, tidak seperti tuan Yamato. Setelah ibu anda meninggal waktu umur 5 tahun, anda diserang oleh kakak orang itu. Ia terluka parah oleh pelindung tuan. Tapi ingatan tuan hilang karena terkena pemusatan reiatsu milik orang yang menculik anda kemarin di kepala!” kata ibuku panjang lebar. Wanita itu menangis tersedu-sedu. Aku shock. Ternyata wanita yang kuanggap sebagai ibuku bukanlah ibuku. Ternyata aku dan Yamato adalah sepasang anak kembar. Aku hanya diam. Tiba-tiba pintu terbuka lagi. Seorang laki-laki yang wajahnya mirip sekali dengan aku dan Yamato masuk ke kamar. Wajahnya tampak sendu. Inikah Ayah kandungk?. Pikiranku masih kacau.

“ Maafkan ayah, Etsu!” kata laki-laki itu seraya memelukku erat-erat. Yamato juga bergabung. Setelah itu aku tak masuk sekolah dan terus di kamarku. Sekarang aku serumah dengan Yamato. Aku masih shock atas kehilangan Ibu. Aku bahkan hanya ingat sedikit sekali tentangnya setelah ingatanku kembali. Aku jadi tak mau makan dan terus berselubung dalam selimut. Tapi lama-lama aku sadar. Aku tak boleh seperti ini. Pagi ke-8 sejak ingatanku kembali. Aku melangkahkan kaki ke ruang makan. Di sana sudah ada Yamato, ayah, dan Ryu ( adik kandungku yang berjarak 3 tahun dariku). Aku duduk di sebelah Yamato. Ayah di tengah dan di seberang Yamato ada Ryu.

“ Kau sudah tidak apa-apa?”Tanya Yamato padaku. Aku mengangguk.

“ Istirahatlah kalau masih belum nyaman. Jangan terlalu memaksakan diri! Dokter menganjurkan kau untuk tidak terlalu lelah dan banyak pikiran!” kata Ayah.

“ Ah..ya. Ngomong-ngomong ayah tidak banyak berubah sejak ibu peri!’ kataku.

“ Itu karena aku awet muda!!!” kata Ayah dengan tersenyum aneh. Aku dan Yamato tertegun. Sedangkan Ryu menyemburkan susu yang diminumnya ke arah ayah. Sepertinya dia sengaja.

“Maaf yah! Aku reflect!” seru Ryu sambil menatap Ayah dengan tatapan tak bersalah. Kalau kupkir-pikir dia mirip Yamato.

“ RYUUU… ITU TIDAK SOPAN!!!”kata ayah murka setelah ia mengelap wajahnya.

“ Ayah payah!” protes Ryu. Aku dan Yamato hanya tersenyum. Mereka memandangi kami dengan heran. Kami semakin ingin tertawa dari pada hanya tersenyum.

Ketika aku dan Yamato masuk kelas, semua teman menatap kami dengan seksama.

“ Memang mirip.KALIAN TERNYATA KEMBAR!!!!” mereka berteriak beramaan dengan sangat keras kepada kami. Aku dan Yamato mengangguk kaget.

“Pantesan wakt lihat Yamato pertama kali seperti lihat Etsu!” seru mereka. Aku sebetulnya tidak terlalu sadar tentang hal ini. Mungkin karena rambut kami beda?!!!


*********

Kita kembali ke sore ini. Aku masihngedumel gara-gara kena pedang kayu kendo. Yamato terseyum datar sambil terus mengatakan kata maaf.

“ Ngomong-ngomong… kenapa saat kekuatanmu keluar warnanya putih sedangkan tempatku hitam?” tanyaku pada Yamato.

“ Karena kekuatan kita perwujudan dari yin dan yang!” jawab Yamato. Tiba-tiba ia terbatuk-batuk dan berlutut. Aku jongkok di sebelahnya. Khawatir.

“ Kau tidak apa-apa?” tanyaku padanya. Ia hanya menggelengkan kepala. Aku merasa iba melihatnya. Dengan perlahan kuangkat tubuhnya ke punggungku. Ia terkejut. Ia tahu aku lelah.

“ Etsu?” serunya sangsi.

“ Kau diam saja. Nih bawain pedang kendonya. Dasar sok kuat!” kataku. Yamato tersenyum, aku juga tersenyum.

“ Kamu paham betul tentang aku, ya!” seru Yamato.

“ Kita kan Kembar identik!!!” jawabku.